Adab dan Etika Berdoa Yang Wajib Diketahui Oleh Semua Orang Islam

adab berdoa agar dikabulkan oleh Allah

Adakah anda tahu apa erti doa yang sebenarnya dan apakah adab dan etika berdoa yang disukai Allah SWT? Doa merupakan permohonan, permintaan atau pengharapan seseorang untuk mendapatkan kebaikan daripada Allah SWT. Kita disyariatkan berdoa untuk kebaikkan diri, keluarga, sahabat serta sesama umat Islam.

Yang sebenarnya setiap daripada kita mempunyai keperluan, kehendak dan keinginan masing-masing dan salah satu cara untuk mendapatkan semua itu adalah dengan memohon doa atau berdoa kepada Allah SWT supaya hajat itu dimakbulkan-NYA. Walau bagaimanapun, anda perlu tahu adab dan etika berdoa agar setiap doa yang dipanjatkan itu lebih diberkati dan dikabulkan.

Adab dan Etika Berdoa Dalam Islam


Pertama, permohonan doa tersebut hendaklah ditujukan kepada Allah sahaja. Tidak boleh menujukan doa kepada seseorang selain Allah, tidak boleh menujukan doa kepada seseorang bersama Allah. Doa merupakan salah satu urusan aqidah, maka hendaklah kita berhati-hati agar tidak melakukan syirik dalam rangka berdoa.

Kedua, permohonan doa hendaklah dengan hati yang sedar dan berharap. Usah berdoa dengan hati yang lalai, putus asa atau ragu-ragu. Dalam sebuah hadis yang lain Rasulullah mengingatkan: Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian meyakini ia akan dikabulkan. Ketahuilah bahawa Allah tidak akan mengabulkan doa daripada hati yang lupa lagi lalai. [Shahih Sunan al-Tirmizi, no: 3401/3479]

Adab Berdoa Menurut Al-Quran dan Sunnah


Para Ulama menjelaskan tentang adab dan etika dalam berdoa agar dikabulkan, sebagaimana tuntutan dalam al-Quran dan Hadis.

Al-Baghawi rahimahullah berkata: "Ada etika dan syarat-syarat dalam berdoa yang merupakan sebab dikabulkannya doa. Barangsiapa memenuhinya, maka dia akan mendapatkan apa yang diminta dan barangsiapa mengabaikannya, dialah orang yang melampaui batas dalam berdoa; sehingga doanya tidak berhak dikabulkan".

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata "Kedua ayat berikut mencakup adab-adab berdoa dengan kedua jenisnya (doa ibadah dan doa permohonan);

Iaitu firman Allah SWT :

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ

"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Janganlah kamu membuat kerosakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadaNya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. [al-A‘raf/7:55-56]

adab adab semasa berdoa

Dan Ibnu Katsir rahimahullah membawakan sejumlah hadis-hadis yang berkaitan dengan adab-adab tersebut iaitu:

1. Mengangkat kedua tangan sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Salman al-Farisi Radhiyallahu ‘anhu bahawa Rasulullah SAW bersabda:

قَالَ إِنَّ اللّهَ حَيِيٌ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ

"Sesungguhnya Allah SWT Maha pemalu lagi Maha pemurah terhadap seorang hamba yang mengangkat kedua tangannya (berdoa), kemudian kedua tangannya kembali dengan kosong dan kehampaan (tidak dikabulkan)."

2. Memulakan doa dengan pujian terhadap Allah SWT, kemudian Selawat dan Salam kepada Rasulullah SAW, selanjutnya bertawasul kepada Allah SWT dengan tawasul yang disyariatkan, seperti dengan bertauhid kepada Allah SWT dengan asma’ dan sifat Allah SWT, dengan amal shalih dan selainnya.

3. Bersangka baik terhadap Allah SWT. Diriwayatkan dalam sebuah hadis qudsi dari Anas Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda :

يَقُولُ اللَّه عَزَّوَجَلَّ : يَقُولُ أَنَّا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِيْ وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِيْ

"Allah SWT berfirman: "Aku (akan) sebagaimana hamba-Ku menyangka tentang-Ku, dan Aku akan bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku."

al-Qurthubi rahimahullah berkata: "Maknanya adalah hamba itu menyangka dikabulkannya doa, diterimanya taubat, diberikan ampun melalui istighfar, serta menyangka dibalas dengan pahala atas ibadah yang dilakukan sesuai syarat-syaratnya sebagai keyakinan akan kebenaran janji Allah SWT.

4. Menjauhi sikap tergesa-gesa mengharapkan terkabulnya doa kerana ketergesa-gesaan itu akan berakhir dengan sikap putus asa sehingga ia tidak lagi berdoa. Naudzubillah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُسْتَجَابُ لأَِحَدِكُم مَالَم يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَم يُتَجَبْ لِي

"Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahawa Rasulullah bersabda "Akan dikabulkan (doa) seseorang di antara kalian selama dia tidak tergesa-gesa, iaitu dia berkata ‘aku telah berdoa namun belum dikabulkan bagiku".

Dalam lafaz lain, SAW bersabda:

قَالَ لاَيَزَالُ يُستَجَابُ لِلعَبْدِ مَا لَم ْيَدْع ُبِإِثْم أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَالَمْ يَسْتَعْجِل قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الاِستِعْجَالُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَم أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ

"Sentiasa akan dikabulkan (doa) seorang hamba selama tidak meminta sesuatu yang membawa dosa atau memutuskan tali kekeluargaan, selama dia tidak tergesa-gesa. Ditanyakan kepada Rasulullah SAW :

"Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud tergesa-gesa?" Rasulullah SAW menjawab: "Dia berkata aku telah berdoa, aku telah berdoa namun aku tidak pernah mendapatkan doaku dikabulkan, kemudian ia berputus asa dan meninggalkan berdoa."

5. Membersihkan jiwa raga dari berbagai kotoran dosa. Hati yang kotor dengan berbagai maksiat atau jiwa yang tidak bersih dari perkara haram akan menghalang terkabulnya doa.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيًّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَِ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا الرُّيسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ وَقَالَ يَاأَيُّهَاالذِنيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَا كُمْ ثُمَّ دَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَارَبِّ يَارَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمََِشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامٌ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

"Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata : "Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Allah SWT baik dan tidak menerima melainkan yang baik. Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan kaum Mukminin dengan apa yang telah diperintahkannya kepada para rasul.

Allah SWT berfirman: "Wahai para rasul makanlah kalian dari yang baik dan beramal solehlah, sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan."

Allah SWT juga berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman makanlah rezeki yang baik dari apa yang diberikan kepada kalian."

Kemudian Rasulullah SAW menyebutkan seorang musafir yang berjalan jauh sehingga tidak terurus rambutnya, lusuh dan berdebu tubuhnya, dia mengangkat kedua tangannya ke arah langit seraya berdoa menyeru:

"Wahai tuhanku, wahai tuhanku," namun makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi dari yang haram, bagaimana mungkin akan dikabulkan doanya?."

6. Yakin bahwa Allah SWT Maha mengabulkan doa selama tidak ada sesuatu pun yang menghalangnya. Dari 'Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘anhu bahawa Rasulullah SAW bersabda:

ادْعُوا اللَّهَ وَاَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِاْللإِجَاَبَةِ وَاعْلَمُواأَنَّ اللَّهَ لاَيَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

"Berdoalah kepada Allah SWT dan kalian yakin (akan) dikabulkan, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa (seorang hamba) yang hatinya alpa serta lalai."

Dalam hadis lain dari Abu Sa‘id Al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu bahawa Rasulullah SAW bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيْهَا إثْمٌ وَلاَقَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّأَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّ خِرَهَا لَهُ فِي الآخِرَةِ وَإِمَّا اَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا إِذًا نُكثِرُ قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ

"Tidaklah seorang Muslim berdoa kepada Allah SWT dengan sebuah doa yang tidak ada dosa atau pemutusan ikatan kekeluargaan di dalamnya, melainkan Allah SWT akan memberinya satu di antara tiga perkara;

  • Boleh jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala segera mengabulkan doa tersebut
  • Menyimpan sebagai tabungan baginya di akhirat
  • Menyelamatkannya dari kejahatan yang setara dengan doa yang dipanjatkannya

Para sahabat berkata : "Jika demikian, kami akan memperbanyakkan (doa)." Rasulullah SAW menjawab: "Allah SWT lebih banyak."

Ibnu Katsîr rahimahullah berkata :

"Yang dimaksudkan adalah bahawa Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan doa seseorang, dan Allah SWT tidak disibukkan dengan sesuatu apapun. Dia Subhanahu wa Ta’ala Maha mendengar doa. Dalam hal ini terdapat anjuran (memperbanyak) berdoa kerana tidak satu pun yang luput dari-Nya Subhanahu wa Ta’ala ."

Terutama pada saat kita tengah mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah puasa di bulan Ramadhan. Hendaknya kita mengambil kesempatan yang istimewa ini dengan memperbanyakkan doa bagi kebaikan kita di dunia dan akhirat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ثَلاَ ثٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَ تُهُمْ : الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَاْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

"Ada tiga orang yang tidak ditolak doanya; seorang yang berpuasa sehingga berbuka, seorang pemimpin yang adil dan seorang yang dizalimi.

Marilah kita semua memperbanyakkan doa sebab Allah SWT murka terhadap orang yang tidak berdoa kepada-Nya sebagaimana firman-Nya:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

"Dan tuhanmu berkata: "Berdoalah kepadaku, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari berdoa kepadaku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina."

Demikian pula dijelaskan dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahawa Rasulullah SAW bersabda: “ مَنْ لَم يَدْعُ اللَّه يَغْضَبْ عَلَيْه” yang ertinya: "Barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah SWT maka Allah SWT marah terhadapnya."

Ibnu al-Mubârak Radhiyallahu ‘anhu berkata :

الرّحْمَنُ إِذَا سُئِلُ أَعْطَى، وَالرَّحِيْمُ إِذَا لَمْ يُسْأَلْ يغْضَبُ

Ar-Rahman (Allah SWT) jika Dia diminta akan memberi, dan Ar-Rahîm (Allah SWT) jika Dia tidak diminta akan marah.

Ya Allah SWT, aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak puas, serta dari doa yang tidak dikabulkan." - Facebook

Oleh itu apabila seseorang berdoa kepada Allah supaya diampunkan dosa-dosanya dan dia benar-benar berharap dan mengharap agar Allah mengampunkan semua dosa-dosa, maka sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah dalam hadis qudsi di atas, Allah akan mengampuni dosa-dosa tersebut.

ADAB DAN ETIKA DALAM BERDOA
Ceramah islam- rahasia dan amalan agar doa cepat di kabulkan allah
Posted by Taubat channel on Monday, December 30, 2019


Ingat, anda jangan sekali-kali berputus asa daripada rahmat dan keampunan Allah. Berdoalah dengan sungguh-sungguh kepada Allah sahaja supaya semua dosa-dosa kita diampuni-Nya dan berharaplah agar Allah segera memakbulkan doa supaya diampuni segala dosa-dosa kita.

Dan jangan lupa juga untuk memohon doa iringan dengan penuh keikhlasan untuk kedua ibu bapa kita setiap kali kita menadahkan tangan untuk memohon doa dari-NYA. Mintalah segala kebaikan daripada Allah untuk kedua-dua mak ayah kita yang amat kita sayangi itu sama ada yang masih hidup atau pun meninggal dunia. Semoga bermanfaat. - ilmualam.com

Hukum Wanita Menyanyi Di Sisi Islam (Suara Wanita Adalah Aurat?)

hukum suara perempuan menyanyi menari

Zaman sekarang bidang nyanyian dijadikan kerjaya manakala muzik dan lagu sangat diminati ramai sama ada lelaki atau perempuan di seluruh dunia. Ia tidak terkecuali dengan remaja Islam yang turut sama meminati nyanyian malah ramai yang turut menjadi penyanyi. Tetapi apakah hukum wanita menyanyi dalam Islam dan bukankah suara perempuan itu aurat?

Walau bagaimanapun, jika anda seorang wanita dan turut meminati bidang nyanyian atau menyanyi adalah hobi untuk memuaskan hati sendiri, adalah lebih baik anda mengetahui apakah hukum seorang wanita itu mengeluarkan suara iaitu dengan menyanyi di khalayak ramai dan sebagainya.

Begitu juga tentang muzik yang wajib anda ambil tahu agar ia tidak menjadi dosa. Tetapi sekarang, ramai juga yang meminati nyanyian lagu-lagu nasyid yang menjurus kepada kebaikan dan kesedaran agama menerusi lirik lagu nasyid berkenaan. Tetapi kebanyakan lagu nasyid sekarang turut menyimpang dari landasan apabila lagu tersebut ditukarkan kepada memuja wanita atau kekasih.

Apakah Hukum Suara Perempuan & Menyanyi


Melalui perkongsian daripada Mufti Wilayah Persekutuan yang menjawab persoalan tentang apakah hukum suara perempuan menyatakan bahawa menurut pendapat jumhur, suara-suara orang perempuan tidak dikira sebagai aurat. Kerana para sahabat mendengar suara isteri-isteri Nabi Muhammad SAW untuk mempelajari hukum-hukum agama.

Walau bagaimanapun, penjelasan tersebut menegaskan bahawa setiap orang lelaki juga diharamkan mendengar suara perempuan yang berbentuk lagu dan irama walaupun bacaan Al-Quran sekalipun kerana dikhuatiri akan menimbulkan fitnah kelak.

Firman Allah SWT:

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ النِّسَاءِ ۚ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوفًا

Maksudnya: Wahai isteri-isteri Nabi, kamu semua bukanlah seperti mana-mana perempuan yang lain kalau kamu tetap bertaqwa. Oleh itu janganlah kamu berkata-kata dengan lembut manja (semasa bercakap dengan lelaki asing) kerana yang demikian boleh menimbulkan keinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya (menaruh tujuan buruk kepada kamu), dan sebaliknya berkatalah dengan kata-kata yang baik (sesuai dan sopan).

Amaran Allah Tentang Suara Wanita


Hukum suara wanita mufti wilayah

Allah SWT yang menciptakan manusia sememangnya telah memberi peringatan akan hal ini apabila menyebut :

"Maka janganlah kamu wahai wanita, merendahkan (melembutkan) suaramu maka dibimbangi orang yang berpenyakit di hatinya berkeinginan jahat kepadamu, maka bercakaplah hanya dengan kata-kata yang baik (kandungan dan tatacaranya)" (Al-Ahzab : 32)

Para ulama tafsir menyebut, suara wanita yang dilagukan adalah termasuk dari kecantikan-kecantikan (yang tidak harus dipertonton dan diperdengarkan kepada lelaki bukan mahram) tiada khilaf dalam hal ini (Adwa al-Bayan, 5/10 : At-Tashil Li Ulum At-Tanzil, 3/137; )

Imam As-Suddi berkata : larangan ini bermaksud kaum wanita menipiskan suaranya (lembut, lunak dan manja) apabila bercakap di hadapan khalayak lelaki.

Imam Qurtubi pula mengatakan, kerana suara yang sebegini akan menjadikan orang-orang lelaki munafiq dan ahli maksiat berfikir jahat (Tafsir Ibn Kathir, 3/483 ; Al-Jami' Li Ahkam Al-Quran, 14/177)

Berdasarkan dalil ayat ini, apa yang boleh saya fahami adalah nyanyian wanita juga tergolong dalam bab yang diharamkan oleh Islam apabila ia diperdengarkan kepada lelaki yang bukan mahram. Adapun jika ia dinyanyikan oleh kanak-kanak wanita yang belum baligh atau ia dinyanyikan khas untuk para wanita. Ia adalah dibenarkan.

Yang dilembutkan dengan sengaja, dimanjakan dan dimerdukan. Ianya adalah diharamkan untuk diperdengarkan kepada khalayak lelaki secara Ijma' selama-lamanya. (An-Nihayah, Ibn Athir, 42/2; Lisan al-Arab, Ibn Manzur, 73/8; Tafsir At-Tabari; 3/22; Hasiyah At-Tohawi; 1/161)

Maka kumpulan penyanyi wanita hari ini termasuk di dalam kumpulan yang diharamkan Allah. Malah bukan sekadar ‘illah suara sahaja yang boleh menjadikan mereka tercebur dalam perkara haram, malah pakaian dan pergerakkan mereka di khalayak awam juga.

Kebiasaannya apabila persembahan di buat, mereka kerap bersolek-solekan dengan pakaian yang canggih manggih.

Di samping itu, duduk pula di atas pentas menjadi tontotan lelaki, jika para ulama semasa menghukumkan haramnya bersanding pengantin di atas pentas dalam keadaan senyap tanpa berkata.

Apatah lagi kumpulan penyanyi wanita yang bersolek adakala seperti pengantin ini dan melentuk-lentuk tubuh dan suaranya di hadapan lelaki bukan mahram, sudah tentu haramnya lebih besar. Dengan pakaian yang menjolok mata ditambah ketat, perkara ini menjadi suatu fitnah kepada umat Islam.

Selain itu juga, hukum memberi sokongan dan menaja penyanyi wanita adalah haram malah dilaknat Allah dan Rasulullah SAW. Ini berdasarkan kepada sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi:

"Laknatlah penyanyi perempuan dan kepada siapa mereka perdengarkan nyanyian (pendengar)"

Rasulullah juga menyatakan bahawa petanda kepada kiamat adalah berleluasanya penyanyi dan penari wanita yang tidak mempunyai perasan malu dan aib kepada lelaki. Perkara haram adalah haram dan yang halal tetap halal.


Kesimpulannya adalah wanita yang menyanyikan lagu adalah suatu perkara haram mutlak selama-lamanya. Manakala, pihak yang terlibat juga mendapat saham dosa selama mana dia tidak bertaubat kepada Allah Taala. - Facebook

Semoga perkongsian tentang hukum suara wanita dan perempuan menyanyi ini akan menjelaskan semua persoalan yang sedang bermain di fikiran anda. Yang haram tetaplah haram untuk selama-lamanya. Jika anda pernah menyanyi di khalayak ramai sebelum ini, bertaubatlah sebelum terlambat. Semoga bermanfaat. - ilmualam.com

Cara Sujud Sahwi Bila Terlupa Rakaat Dan Doa Qunut. Jom Baca, Tambah Ilmu



Sahwi bererti lupa atau lalai terhadap sesuatu. Maka ‘Sujud Sahwi’ dilakukan oleh seseorang yang bersolat, apabila terlupa melakukan sunnah Ab’adh atau hal yang salah lainnya tanpa sengaja.

Namun demikian tidak semestinya mereka yang sujud sahwi kerana lupa sahaja, kerana mereka yang meninggalkan sesuatu sunat ab’ad  seperti meninggalkan ‘Doa Qunut’dengan sengaja kerana tidak hafal adalah disunatkan melakukan ‘Sujud Sahwi’juga. Maka bolehlah dikatakan dan dipernamakan sujud sahwi di atas qaedah باب الاكتفا  atau الاغلبية (kebiasaan pengunaannya).


‘Sujud Sahwi’ adalah sunat muakad yang dilakukan untuk menampung kekurangan atau kecacatan yang terjadi dalam pelaksanaan solat, baik kekurangan rakaat, kelebihan rakaat, atau kerana ragu-ragu yang disebabkan terlupa.


Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dia berkata bahawa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِـيْ صَلاَتِهِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى؟ ثَلاَثًا أَوْ أَرْبَعًـا؟ فَلْيَطْرَحِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَـا اسْتَيْقَنَ ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ. فَإِنْ كَـانَ صَلَّى خَمْسًا شَفِعْنَ لَهُ صَلاَتُهُ، وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا ِلأَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيْمًا لِلشَّيْطَانِ.

“Jika salah seorang di antara kamu ragu dalam solatnya sehingga dia tidak tahu berapa rakaat yang telah dia lakukan, tiga rakaat atau empat rakaat. Maka hendaklah ia tepis keraguan itu dan ikutilah yang dia yakini. Setelah itu, hendaklah dia sujud dua kali sebelum salam. Jika ternyata dia mengerjakan lima rakaat, maka dia telah melengkapkan solatnya. Namun, jika dia mengerjakan empat rakaat, maka dua sujud tadi adalah penghinaan bagi syaitan.”

(Hadis Riwayat: Muslim, Abi Dawud, An-Nasa’I r.a.)


Menerangkan tentang lupa di dalam solat, Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ، فَإِذَا نَسِيْتُ فَذَكِّرُوْنِيْ.

“Sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa seperti kamu. Aku lupa sebagaimana kamu juga lupa. Jika aku lupa, maka ingatkanlah aku.”

[Sahih: Shahiihul Jaami’ush Shaghiir (no. 2339), Irwaa’ul Ghaliil (no. 339).]


Hilkmah dilupakan Baginda SAW oleh Allah Ta’ala adalah untuk menjadi pengajaran dan panduan bagi umat Rasulullah SAW.


1.  Diharuskan Sujud Sahwi

‘Sujud Sahwi’ dibolehkan apabila berlaku perkara seperti:

1.  Lupa mengerjakan duduk Tahiyyat Awal.

2.  Lupa membaca Tasyahud Awal.

3.  Tertinggal selawat untuk Nabi Muhammad SAW pada Tasyahud Awal.

4.  Terlupa membaca Surah Fatihah pada rakaat pertama atau kedua.

5.  Menambah rukuk atau sujud kerana kelupaan,

6.  Ragu atau menambah bilangan rakaat solat dan sebagainya.

7.  Tertinggal Doa Qunut (Qunut Solat Subuh atau Solat Witir Nisfu Ramadhan).


2.  Cara Melakukan Sujud Sahwi


‘Sujud Sahwi’ adalah melakukan dua kali sujud pada penghujung rakaat yang terakhir dan hendaklah berniat untuk melakukannya sebelum sujud;

  1. Sesudah Tahiyyat Akhir dan sebelum salam. Bersujudlah sambil mengucapkan takbir “Allaahu Akbar” dan dalam sujud membaca:


  2.  Duduk antara dua sujud semula dengan bacaan seperti solat biasa.

  3.  Sujud lagi sekali dengan mengucap takbir, lalu membaca tasbih sujud seperti no. 1.

  4.  Kemudian duduk semula dengan duduk ‘Iftirasy’ (Tahiyat Akhir).

  5.  Akhirnya beri salam ke kanan dan kiri.

3.  Permasalahan

Apabila tertinggal atau terlupa sesuatu rukun solat, tidak boleh diganti dengan ‘Sujud Sahwi’ sahaja, malah sekiranya:

a)     Jika teringat ketika sedang dalam hampir menyempurnakan rukun solat seterusnya, maka diwajibkan membuat apa yang tertinggal itu dengan segera dan menyambung solat sehingga tamat. Kemudian sunat melakukan ‘Sujud Sahwi’ sebelum salam kerana perbuatan telah bertambah.

b)     Teringat ketika dalam proses kurang separuh daripada menyempurnakan rukun solat seterusnya, maka wajib juga membuat apa yang tertinggal itu dengan segera dan menyambung solat sehingga tamat dan tidak perlu melakukan ‘Sujud Sahwi’ sebelum salam, jika ia sujud juga maka batallah solatnya.

c)     Sekiranya teringat tidak lama sesudah memberi salam, kira-kira setengah minit, hendaklah berdiri semula, mengerjakan apa yang tertinggal lalu meneruskan perbuatan solat seterusnya sehingga tamat, kemudian sunat melakukan ‘Sujud Sahwi’.

d)      Disebabkan kesalahan rukun, jika tidak dilakukan antara dua perkara itu, maka tidak sah solat.

Sekiranya tertinggal sunat-sunat ab’ad dan telah memberi salam sebelum sujud, sama ada dengan sengaja atau terlupa dan tempoh pemisah antara memberi salam dan selepasnya itu lama, maka luputlah tuntutan ‘Sujud Sahwi’.Sekiranya tempoh pemisah itu pendek, maka boleh melakukan semula sujud tersebut dengan dua kali sujud, sambil berniat melakukan ‘Sujud Sahwi’, kemudian memberi salam buat kali kedua.Bila di dalam solat timbul keraguan tentang jumlah rakaat maka ambillah jumlah rakaat yang sedikit lalu tambahkan rakaat yang kurang.Bila yang terlupa itu salah satu rukun solat, yang tidak dapat dibetulkan segera, maka solatnya tidak sah, dan solatnya wajib diulang semula.Jika imam terlupa ‘Sujud Sahwi’, makmum boleh ‘Sujud Sahwi’ selepas imam memberi salam.


Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallamtelah bersabda : “Sesungguhnya Allah telah memaafkan kesalahan-kesalahan umat-Ku yang tidak disengaja, kerana lupa dan yang dipaksa melakukannya.”(Hadis Riwayat: Ibnu Majah, Baihaqi dll.)


والله أعلم بالصواب

Wallahu A’lam Bish Shawab

 (Hanya Allah Maha Mengetahui apa yang benar)

INILAH DOSA SUAMI, KESAN KEPADA ISTERI JUA.. NAUZUBILLAH..



Pernah diceritakan kisah seorang lelaki yang bertaqwa, menjaga solatnya, berpuasa dan menjaga ibadahnya kepada Allah Taala.

Isterinya juga seorang yang bertaqwa.

Suatu hari, apabila dia pulang ke rumah dia melihat air muka isterinya berubah dan menjadi kemerah-merahan.

Dia sangat terkejut dengan keadaan tersebut. Lalu, si suami bertanya kepada isterinya perkara yang telah berlaku, tetapi isterinya enggan menceritakannya.

Apabila dia berterusan meminta isterinya menceritakan apa yang berlaku, isterinya bertanya :

“ Adakah kamu mengenali pengisi air itu? ”

– Pengisi air yang dimaksudkan adalah orang yang mengisikan air ke dalam tempayan untuk diminum oleh tuan rumah.

Suaminya menjawab :

“ Ya ”

Isterinya meneruskan kata-katanya :

“ Berapa lamakah dia telah berkhidmat dengan kita? ”

Suaminya menjawab

 “ Lebih dari 30 tahun ”


Isterinya bertanya lagi :

“ Adakah kamu mengetahui kejahatan atau keburukan pada dirinya? ”

Jawab suaminya :

 “ Tidak ”

Isterinya pun berkata :

“ Hari ini dia telah melakukan satu perbuatan yang buruk ”

Lelaki itu bertanya :

“ Apakah yang telah dia lakukan? ”

Isterinya pun menjawab :

“ Ketika dia datang untuk mengisi air ke dalam tempayan di dalam rumah kita seperti kebiasaannya, aku pun membuka tempayan tersebut.

Apabila aku menutup kembali tudung tempayan tersebut, tiba-tiba dia pun memegang tanganku dan menggengam pergelangan tanganku kuat sedikit ”

Apabila suami itu mendengar cerita tersebut, dia menangis sepuas hatinya.
Kemudian, suaminya bangun solat taubat sebanyak dua rakaat meminta pengampunan dengan Tuhannya.

Si isteri bertanya :

“ Mengapa dengan kamu? Mengapa kamu tidak pergi kepadanya dan menghukumnya? ”


Si suami menjawab :

“ Tidak, apa yang berlaku berpunca daripada diriku sendiri ”


Perhatikan maksud kata-kata ini ;

“ Apa yang berlaku berpunca daripada diriku sendiri ”


Isteri bertanya :

“ Bagaimana begitu ”


Jawab lelaki tersebut:

“ Telah datang kepadaku seorang wanita hari ini, dia meminta aku membaiki gelang tangannya yang diperbuat daripada emas. Ketika dia masukkan gelang tersebut ke tangannya untuk ditunjukkan kepadaku untuk menunjukkan saiznya, aku tidak menundukkan pandanganku. Aku melihat tangannya melebihi had yang sepatutnya. Nafsu menguasai diriku dan aku meletakkan tanganku pada gelangnya dan menggengam sedikit tangannya seperti lelaki tersebut menggengam tanganmu ”


Ketika mereka tidur, datanglah seorang dalam mimpi si suami lalu dia berkata:

“ Gengaman dibalas gengaman. Sekiranya kamu melakukan lebih daripada itu kepada perempuan tersebut, lelaki itu juga akan melakukan lebih dari itu kepada isterimu ”

Sumber Gambar

MORAL OF THE STORY...

✔ Tundukkan pandangan dari melihat perkara yang diharamkan oleh ALLAH Ta'ala.
✔ ALLAH Ta'ala akan membalas segala perkara buruk yang kita lakukan.
✔ Sebagaimana kita tidak suka orang yang kita sayangi disakiti, kita juga perlu menjaga diri dari menyakiti orang lain.
✔ Bersegeralah memohon keampunan dari ALLAH Ta'ala apabila melakukan dosa dengan sebenar-benar taubat dan berazamlah untuk tidak mengulanginya lagi.
✔ Mohonlah perlindungan dari ALLAH Ta'ala supaya tidak terjebak dalam perkara yang dimurkaiNya.
✔ Berusahalah menjadi hambaNya yang mentaati suruhanNYA dan meninggalkan maksiat kepadaNya.
✔ Basahkan lidah dengan istighfar. Dalam masa yang sama, hiasi diri dengan amalan ketaatan dan meninggalkan maksiat sebagai tanda benarnya istighfar yang diucapkan.
✔ Banyakkan muhasabah setiap amalan yang kita lakukan dalam kehidupan seharian Firman ALLAH yang bermaksud : “ Dan bersegeralah memohon keampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi. Dijanjikan kepada orang yang bertaqwa. (Iaitu) orang yang membelanjakan (hartanya) di waktu senang dan susah, orang yang menahan perasaan marahnya dan mengampuni kesalahan manusia. Dan Allah Taala itu suka kepada orang yang berbuat kebaikan. Dan orang yang apabila melakukan perbuatan yang keji atau menzalimi dirinya, lalu mereka mengingati Allah, mereka terus memohon keampunan dari Allah atas dosa yang mereka lakukan dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahuinya. Mereka itu balasannya adalah keampunan dari Tuhannya serta syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Sebaik-baik pahala bagi orang yang beramal ” -Ali-‘Imran : 133-136

 Kisah ini telah diceritakan oleh Al Habib Ali Al Jifri ( keturunan Rasulullah SAW )

JANGAN ABAIKAN.!! INI CARA CUCI KEMALUAN YANG BETUL KALAU TAK MAHU DISEKSA MALAIKAT DI DALAM KUBUR NANTI !




Seringkali kita merasa telah mencuci kemaluan kita dengan bersih dan benar. Bersih belum berarti benar. Hal ini penting agar amal ibadah kita diterima.

Banyak orang merasa ibadah mereka bagus, tetapi sebenarnya masih tidak terlepas dari ancaman azab api neraka hanya karena tidak benar dalam mencuci kemaluannya.

Sayidina Abu Bakar R.A. pernah hendak menyolatkan mayat seorang lelaki, tetapi tiba2 tersentak dengan suatu benda bergerak-gerak dari dalam kain kafan lelaki itu. Lalu disuruhnya seseorang untuk membukanya. Alangkah terkejutnya ada seekor ular sedang melilit kepala kemaluan mayat lelaki itu.

Khalifah Abu Bakar mencabut pedang lalu menghampiri ular tadi untuk membunuhnya. Tetapi ular itu tiba2 berkata:

”Apakah salahku? Karena aku diutus oleh Allah untuk menjalankan tugas yang diperintahkan”

Setelah diselidiki amalan lelaki itu semasa hayatnya, ternyata dia merupakan orang yang menyepelekan dalam hal menyucikan kemaluannya setelah selesai membuang air kecil.

Jadi sebenarnya bagaimana cara membersihkan kemaluan kita dengan benar?

Lelaki dan wanita berbeda caranya. Bukan dibasuh sekadarnya dengan air dan asalkan bersih.

*LELAKI*:

Selepas membuang air kecil, disunahkan berdehem dua atau tiga kali supaya air kencing betul-betul sudah habis keluar.

Setelah itu urutlah kemaluan dari pangkal ke ujung beberapa kali, sehingga tiada lagi air kencing yang berada dalam saluran.

Kemudian basuhlah dgn air sampai bersih.

*WANITA*:

Apabila membasuh kemaluannya, hendaklah ia berdehem dan pastikan dicuci bagian dalamnya dengan memasukan sedikit jari tengah dan diputar-putarkan sewaktu disiram air bersih.

Bukan dengan hanya menyiram air semata-mata, karena hanya dengan menyiram air saja tidak dapat membersihkan bagian dalam kemaluan wanita secara sempurna.

*SANGAT PENTING*:

Begitu juga semasa membasuh air besar (berak) sangat penting untuk memasukan satu jari kedalam dubur. Putarkan beberapa kali supaya najis keluar dari dinding dubur, sambil siram dgn air hingga terasa najis benar2 telah hilang dan bersih.

Sudah benar atau tidak kah cara membersihkan kemaluan kita selama ini? Kalau belum benar, mari bersama2 kita betulkan supaya diri kita bersih dengan cara yang benar. Karena telah dijanjikan neraka bagi mereka yg tidak istibro’ (menyucikan diri dengan sempurna baik hadas kecil/hadas besar).

Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yg mengamalkan, maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala”.

Jangan LUPA SHARE … ilmu yang bermanfaat perlu kita amalkan bersama … Wallahu a’lam…

Catatan:
1. Tidak ada kata malu dalam urusan agama.
2. Jangan beranggapan ilmu fiqih itu jorok, karna fiqih itu menjelaskan sedetail2 nya.
WALLAHUALAM..



SOLAT DHUHA DAN PANDUAN MENGERJAKANNYA



Dhuha menurut ahli fekah adalah waktu di antara ketika matahari mulai naik sehingga ketika matahari mulai condong. Oleh itu solat Dhuha adalah solat sunat yang dikerjakan pada waktu tersebut.

HUKUM SOLAT DHUHA

Pandangan para ulamak tentang hukum mengerjakan solat Dhuha adalah seperti berikut:

Sunat secara mutlak dan dikerjakan setiap hariSunat namun tidak didirikan setiap hari secara berterusan.Tidak disunatkan.Ianya disunatkan kerana faktor tertentu seperti bagi mereka yang tertinggal mengerjakan solat Qiyam al-Lail maka digantikan solat tersebut dengan mengerjakan solat pada waktu dhuha.
Pendapat yang paling tepat serta dipegang oleh jumhur ulamak adalah solat Dhuha termasuk amal sunatmu’akkadah dan dianjurkan untuk diamalkan secara rutin. Ini adalah kerana Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallamselalu mengerjakannya, menganjurkan para sahabat untuk mengerjakannya malah baginda pernah mewasiatkan perlaksanaannya kepada beberapa sahabat. Daripada Abu Hurairah radhiallahu’ anh, dia berkata:

أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلاَثٍ
صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَام.َ

Maksudnya:

Kekasihku shallallahu ‘alaihi wasallam telah mewasiatkan kepadaku tiga perkara yang tidak akan pernah aku tinggalkan sehingga akhir hayatku; berpuasa tiga hari setiap bulan (hijrah), mengerjakan dua rakaat solat Dhuha dan mengerjakan solat Witir sebelum tidur – Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab al-Shaum, no: 1981.

Walaupun wasiat ini ditujukan kepada seorang sahabat tetapi anjuran tersebut merangkumi untuk seluruh umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali sekiranya terdapat lafaz yang menunjukkan ianya sememangnya khusus untuk sahabat tersebut. Ternyata lafaz tersebut berbentuk umum apatah lagi baginda juga pernah mewasiatkan perkara yang sama kepada Abu Darda’radhiallahu’ anh, dia berkata:

أَوْصَانِي حَبِيبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلاَثٍ لَنْ أَدَعَهُنَّ مَا عِشْتُ
بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلاَةِ الضُّحَى وَبِأَنْ لاَ أَنَامَ حَتَّى أُوتِرَ.

Maksudnya:

Kekasihku shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mewasiatkan kepadaku tiga perkara yang tidak akan pernah aku tinggalkan sehingga akhir hayatku; berpuasa tiga hari setiap bulan (hijrah), mengerjakan solat Dhuha dan tidak tidur sebelum  mengerjakan solat Witir. – Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, KitabSholaatul Musaafiriin wa Qashruhaa, no: 722.

KEUTAMAAN MENGERJAKAN SOLAT DHUHA

Ianya Amalan Berbentuk Sedekah

Bagi setiap anggota sendi serta ruas-ruas tulang perlu mengeluarkan sedekah bagi menunjukkan ketaatan kita kepada AllahSubhanahu wa Ta’ala. Justeru itu solat Dhuha adalah amalan yang dapat menunaikan tanggung jawab tersebut. Daripada Abu Dzarr radhiallahu’ anh, daripada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, baginda bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ
وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ
وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى.

Maksudnya:

Bagi tiap-tiap ruas dari anggota tubuh salah seorang di antara kalian harus dikeluarkan sedekahnya setiap pagi hari. Setiap tasbih (Subhaanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (Laa Ilaaha Illallah) adalah sedekah, setiap takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, menyuruh untuk berbuat baik juga sedekah, dan mencegah kemungkaran juga sedekah. Dan semua itu boleh diganti dengan dua rakaat solat Dhuha. – Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Sholaatul Musaafiriin wa Qashruha, no: 720
.
Allah Memberi Rezeki Yang Cukup Sepanjang Siang Hari

Bagi mereka yang mengerjakan solat Dhuha Allah Subhanahu wa Ta’ala sentiasa mencukupkan segala keperluan seseorang sepanjang siang hari. Daripada Nu’aim bin Hammar, dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda Allah Azza Wa Jalla berfirman:

يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تُعْجِزْنِي مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِي أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ.

Maksudnya:

Wahai anak Adam, janganlah engkau sampai tertinggal untuk mengerjakan solat empat rakaat pada permulaan siang (waktu Dhuha), nescaya Aku akan memberi kecukupan kepadamu sampai akhir siang. – Hadis riwayat Imam Abu Dawud dalam Sunannya, Kitab al-Sholaah, no: 1097.

Mendapat Pahala Sebagaimana Mengerjakan Haji Dan Umrah

Bagi mereka yang mengerjakan solat Subuh secara berjemaah lalu tetap berada dalam masjid dengan berzikir kepada Allah dan mengerjakan solat Dhuha pada awal terbitnya matahari maka dia mendapat pahala seperti mengerjakan haji dan umrah. Daripada Anas radhiallahu’ anh, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ
ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ.

Maksudnya:

Barangsiapa mengerjakan solat Subuh secara berjemaah lalu sesudah itu dia tetap duduk (di masjid) untuk berzikir kepada Allah sehingga matahari terbit (dan meninggi), kemudian solat (Dhuha) dua rakaat maka dia akan mendapat pahala sebagaimana pahala haji dan umrah. Dia berkata (Anas), Rasulullah bersabda: Yang sempurna, Yang Sempurna, Yang Sempurna. – Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab al-Jumu’ah,no: 535.

Ia Solat Bagi Orang Yang Bertaubat

Solat Dhuha adalah termasuk bagi solat untuk orang-orang yang bertaubat (Sholat Awwabin). Daripada Zaid bin Arqam bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menuju tempat Ahli Quba’ yang ketika itu mereka sedang mengerjakan solat Dhuha. Baginda lalu bersabda:

صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ.

Maksudnya:

Solat Awwabin (orang-orang yang taubat) dilakukan pada saat teriknya matahari. – Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Sholaatul Musaafiriin wa Qashruhaa, no: 748.

TATACARA PERLAKSANAAN SOLAT DHUHA

Waktu Mengerjakan Solat Dhuha

Waktu untuk mengerjakan solat Dhuha adalah sewaktu matahari mulai naik iaitu sebaik sahaja berakhirnya waktu yang diharamkan solat setelah solat Subuh (12 minit setelah matahari terbit atau untuk lebih berhati-hati laksanakannya setelah 15 minit) sehingga sebelum matahari condong atau tergelincir ketika tengahari (10 minit sebelum masuk waktu Zuhur atau untuk lebih berhati-hati laksanakannya sebelum 15 minit). Menurut Syaikh al-‘Utsaimin di dalam Asy-Syarhul Mumti’:
Jika demikian, waktu solat Dhuha dimulai setelah keluar dari waktu larangan solat pada awal siang hari (pagi hari) sampai adanya larangan saat tengah hari.

Namun demikian waktu yang afdal adalah pada saat matahari panas terik. Demikian adalah dalil-dalil tentang waktu mengerjakan solat Dhuha:

Daripada Anas radhiallahu’ anh, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ
ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ.

Maksudnya:

Barangsiapa mengerjakan solat Subuh secara berjemaah lalu sesudah itu dia tetap duduk (di masjid) untuk berzikir kepada Allah sehingga matahari terbit (dan meninggi), kemudian solat (Dhuha) dua rakaat…– Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab al-Jumu’ah, no: 535.

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ.

Maksudnya:

Solat Awwabin (orang-orang yang taubat) dilakukan pada saat teriknya matahari. – Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Sholaatul Musaafiriin wa Qashruha, no: 748.

Jumlah Rakaat Solat Dhuha

Jumlah rakaat solat Dhuha paling minimal adalah dua rakaat dan ia boleh dikerjakan tanpa batasan jumlah rakaat yang tertentu. Sebelum ini penulis telah memaparkan hadis-hadis berkaitan solat Dhuha yang dilaksanakan dengan dua dan empat rakaat. Berikut adalah dalil yang menunjukkan ianya juga boleh dikerjakan dengan sebanyak enam, lapan dan dua belas rakaat.

Daripada Anas bin Malik radhiallahu’ anh bahawasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengerjakan solat Dhuha sebanyak enam rakaat – Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi dalam kitab al-Syamaail, Bab Sholat al-Dhuha, no: 273.

أُمِّ هَانِئٍ فَإِنَّهَا قَالَتْ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ بَيْتَهَا يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ
فَاغْتَسَلَ وَصَلَّى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ.

Maksudnya:

Daripada Ummu Hani’, dia berkata: Pada masa pembebasan kota Makkah, dia bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika baginda berada di atas tempat tertinggi di Makkah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beranjak menuju tempat mandinya lalu Fathimah memasang tabir untuk baginda. Selanjutnya Fathimah mengambilkan kain dan menyelimutkannnya kepada baginda. Setelah itu baginda mengerjakan solat Dhuha sebanyak lapan rakaat – Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalamShahihnya, Kitab al-Tahajjud, no: 1176.

Di dalam Fathul Baari al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah telah membawa sebuah riwayat seperti dibawah:

وَعِنْد اَلطَّبَرَانِيّ مِنْ حَدِيثِ أَبِي اَلدَّرْدَاءِ مَرْفُوعًا مَنْ صَلَّى اَلضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُكْتَبْ مِنْ اَلْغَافِلِينَ ,
وَمَنْ صَلَّى أَرْبَعًا كُتِبَ مِنْ اَلتَّائِبِينَ , وَمَنْ صَلَّى سِتًّا كُفِيَ ذَلِكَ اَلْيَوْمَ ,
وَمَنْ صَلَّى ثَمَانِيًا كُتِبَ مِنْ اَلْعَابِدِينَ , وَمَنْ صَلَّى ثِنْتَيْ عَشْرَة بَنَى اَللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي اَلْجَنَّةِ

Maksudnya:

Dalam riwayat al-Thabarani daripada hadis Abu Darda’ secara marfu’ disebutkan: Barangsiapa solat Dhuha dua rakaat, maka tidak ditulis sebagai orang-orang lalai, barangsiapa solat Dhuha empat rakaat maka ditulis sebagai orang-orang yang bertaubat, barangsiapa solat Dhuha enam rakaat, maka dicukupkan untuknya pada hari itu, barangsiapa solat Dhuha lapan rakaat, maka ditulis dalam golongan ahli Ibadah, dan barangsiapa solat Dhuha dua belas rakaat maka dibangunkan untuknya rumah di syurga. – rujuk Fathul Baari, jilid 6, ms. 349 ketika al-Hafidz mensyarah hadis Shahih al-Bukhari no: 1176. Namun status hadis ini diperselisihkan olah para ulamak hadis. Musa bin Ya’qub al-Zami’i yang terdapat dalam sanad hadis ini telah didha’ifkan oleh Ibnu al-Madini namun dinilaitsiqah pula oleh Ibnu Ma’in dan Ibnu Hibban. Al-Hafidz sendiri berkata sanad hadis ini lemah namun diperkuatkan oleh hadis Abu Dzar yang diriwayatkan oleh al-Bazzar hanya sahaja sanadnya juga lemah dan apa yang lebih tepat hadis inidha’if. Wallahu’alam.

Berkaitan dengan dalil yang menunjukkan jumlah rakaat solat Dhuha ini tidak ada batasan yang tertentu adalah:

مُعَاذَةُ أَنَّهَا سَأَلَتْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا:
كَمْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي صَلاَةَ الضُّحَى؟
قَالَتْ: أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَيَزِيدُ مَا شَاءَ.

Maksudnya:

Daripada Mu’adzah, dia berkata: Aku bertanya kepada ‘Aisyah: Berapa rakaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan solat Dhuha?

Dia menjawab: Sebanyak empat rakaat lalu baginda menambahnya lagi menurut yang dia kehendaki. – Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Sholaatil Musaafiriin wa Qashruhaa, no: 719.

Beza Air Mani Yang Keluar Dari Kemaluan.



Soalan; Ustaz, saya baru melangsungkan perkahwinan. Beberapa persoalan timbul semasa melakukan hubungan seks dengan isteri di antaranya:

1) Adakah air yang keluar dari kemaluan isteri hukumnya najis?

2) Sekiranya air tersebut keluar perlu kah si isteri mandi wajib?

Sekian&T.kasih

Jawapan:

Air yang keluar dari kemaluan kebiasaannya tidak lari dari empat jenis;
1. Air kencing
2. Air Mazi
3. Air Madi
4. Air Mani

Dari empat air di atas, tiga darinya adalah najis iaitu air kencing, air madi dan air mazi. Adapun air mani ia tidaklah najis kerana ia adalah asal kejadian. Adapun ciri-ciri setiap air di atas -untuk memudahkan kita mengenalinya-, maka berdasarkan keterangan ulamak;

– Air kencing; cirinya sebagaimana sedia maklum

– Air Mazi; cirinya adalah melekit dan keluar dari kemaluan (zakar atau faraj) biasanya tatkala naik syahwat.

– Air Wadi; cirinya ialah kental, berwarna putih dan keluar dari kemaluan sesudah buang air kecil atau ketika memikul benda berat.

– Air Mani pula; air mani lelaki, cirinya; berwarna putih dan tebal/kental. Adapun air mani perempuan; warnanya kuning dan nipis/cair (yakni tidak kental). Kedua-dua air mani lelaki dan perempuan itu ada ciri kebersamaannya, iaitu;

a) Bau air mani perempuan sama seperti bau air mani lelaki iaitu seperti bau tepung diuli,

b) Dirasai kelazatan ketika keluarnya dan selepas keluarnya badan merasai keletihan dan syahwat menjadi reda.

Menyentuh tentang mandi, dari empat air di atas, hanya keluar air mani sahaja yang mewajibkan mandi. Adapun keluar kencing, mazi dan wadi, tidakah mewajibkan mandi, akan tetapi ia adalah najis dan membatalkan wudhuk dengan keluarnya. Oleh demikian, apabila keluar air-air selain mani itu, yang wajib dilakukan sebelum solat ialah membasuhnya dan mengambil wudhuk.

Perlu diperjelaskan; apabila seorang lelaki mensetubuhi isterinya, kedua-dua suami-isteri wajib mandi walaupun tidak keluar mani. Ini kerana persetubuhan itu sendiri telah mewajibkan mandi tanpa mengira keluar mani atau tidak. Yang dimaksudkan persetubuhan ialah memasukkan zakar ke dalam faraj.

Wallahu a’lam.

Rujukan:

1. Syarah Soheh Muslim, Imam an-Nawawi, jil. 2 (juz. 3), bab Wujub al-Ghasl ‘Alal-Mar,ah.
2. Fiqh at-Thoharah, Dr. Yusuf al-Qaradhawi, hlm. 226.
3. al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, 42/374.